14 Des 2013

6 Rock Albums "too bad if you miss it!" in 2013

Deafheaven - Sunbather

Explosion In The Sky + Chino Moreno (with steroids) x Mayhem = Sunbather

Devil Driver - Winter Kills

Suara Dez Fafara masih terdengar seperti iblis murka, John Boecklin masih menghajar drum set sekonsisten mesin dan secepat robot, duo gitaris, Mike Spreitzer & Jeff Kendrick masih menghasilkan suara sayatan dan raungan gahar dengan gitar mereka, and the new kid, Chris Towning berhasil mengatasi keliaran senior-seniornya tersebut, apalagi yang kalian harapkan, Devil Driver tidak pernah mengecewakanmu dan akan selalu menendang pantat tanpa basa-basi.   

Scar The Martyr - Selftitled

 
Ketika saya mendengar Joey Jordison tengah melakukan rekaman side-project untuk band diluar Slipknot bernama Scar The Martyr, jujur saja saya tidak terlalu antusias karena mengingat band project sebelumnya yaitu Murderdolls juga hasilnya tidak terlalu istimewa (IMHFO). Tetapi dugaan saya salah besar, Scar The Martyr adalah salah satu album terbaik tahun ini.
Dengan personel yang berasal dari band dengan nama-nama besar seperti Nine Inch Nails, Strapping Young Lad, Darkest Hour dan Slipknot tentunya, membuat Scar The Martyr menjadi album dengan atmosfer musik yang sangat variatif. Heavy, Dark, and beautiful journey album. Dan ketika saya mendengar berita bahwa Joey Jordison hengkang dari Slipknot, saya hanya berharap Joey Jordison akan bermain drum lebih brutal di album kedua Scar The Martyr nanti.

Beastmilk - Climax

Di penghujung tahun 2013 tepatnya 29 November, Beastmilk, band post-punk rock yang beranggotakan empat personel asal Finlandia ini merilis album debut berjudul Climax. Jika kalian merindukan Vokalis dengan karakter suara ala Ian Curtis maka album ini adalah pilihan yang tepat. Cukup bayangkan Ian Curtis bangkit dari kubur dan reuni dengan personel Joy Division yang lain kemudian membuat lagu-lagu romantis parodikal tentang Apocalypse...and shazam! lahirlah Climax.

Ghost B.C - Infestissumam

 
Lagu-lagu anthemic dan dipenuhi lirik yang satanik (hey,it's rhyme), Infestissumam adalah album berisi 10 lagu yang langsung melekat di kepala dengan mudah. Album ini bisa kalian dengarkan bersama keluarga pada hari minggu pagi, dan jika orangtuamu mulai mencoba memperhatikan liriknya dengan seksama, segera ajak mereka membahas tentang rencana liburan akhir tahun kalian.

Black Sabbath - 13

"Selamatkanlah jiwa-jiwa mereka yang telah melewatkan album ini Ya Roh Metal" (Ozz 1:36-66)
 Amin.

20 Okt 2013

Maximum the Hormone – Yoshu Fukushu

Ingat dengan Death Note ? Serial Anime tentang buku catatan milik Shinigami (Malaikat Kematian asal Jepang).  Buat yang  tahu Death Note pasti ingat dengan lagu opening dan ending yang dipakai di serial itu. Dua lagu yang dipakai Death Note yaitu Zetsobou Billy dan What’s Up People adalah milik band Jepang bernama Maximum the Hormone, nama yang cukup provokatif bukan?…  dan setelah 6 tahun lamanya band kuartet Heavy Metal yang terkenal dengan drummer ceweknya ini akan kembali beraksi  untuk menghajar telinga kalian. 




Daisuke, Ryo, Ue, dan my personal favorite, the one and only Nao-san akhirnya merilis album baru tahun ini dengan title Yoshu Fukushu. Album berisi total 15 lagu dan tetap dengan tempo musik dinamis ala Maximum the Hormone, tapi di album ini jelas mereka terdengar lebih “bersenang-senang”, contohnya di track pembuka yang juga menjadi single utama dari album yaitu Yoshu Fukushu, track yang dibuka oleh petikan gitar  Ryo yang melodius dan disusul suara sang drummer Nao bernyanyi dengan gaya melankolis "lolitaisque" membuat kalian akan berpikir ini adalah lagu yang tepat untuk pengantar tidur, tapi ada kejutan yang menunggu dan akan membuat telinga dan mata kalian terbelalak, bayangkan suara Nao yang awalnya bernyanyi dengan lembut bak Katty Perry versi Jepang sekejap berubah menjadi suara auman monster dan yang saya bicarakan disini adalah growling, screaming, shouting, dan apapun yang kalian cari dari Heavy Metal. Ada semacam ambient menarik yang didapat setelah mendengarkan track Yoshu Fukushu.

Kemudian track Utsukushiki Hitobito no Uta yang sangat anthemic dengan raungan riff gitar yang akan membuat kepala kalian ber-Head Bang ria tanpa kalian sadari. Dan sekali lagi suara nyanyian Nao akan kembali membingungkan telinga kalian di ujung lagu. Apakah ini sebuah lagu dari band Metal atau J-Pop dari Utada HIkaru (a J-Pop Singer, I can’t help you if you does not even know her Dude). 

Track lain adalah Maximum the Hormone, yeah track dengan title sama dengan nama band mereka ini adalah another recommended track di album ini. Dibuka dengan grinding gitar dan growl Daisuke yang terdengar sangar sehingga membuat kalian ingin segera berkumpul di arena mosh-pit dan bergerak liar. Dan ditambah gaya rapping Daisuke di sini yang menurut saya seperti biksu Buddha yang melafalkan mantera atau doa pengusir roh jahat. Klimaksnya, “baku hantam” shouting dari setiap personel memenuhi lagu ini. Bass dari Ue terdengar gigantic di track ini. 


Sebenarnya masih ada 12 track lain di antaranya My Girl, Tsume Tsume Tsume, Unbelievable!, etc yang memiliki “punch” part-nya masing-masing. Album ini ditutup dengan track Koi no Sperm yang sedikit “berbau” unsur elektronik. Dan sekali lagi juga memiliki nada yang langsung melekat di kepala.


Track List

1.    "Yoshu Fukushu"                                           
2.    "Utsukushiki OP (Tsuki no Bakugekiki)"   
3.    "Utsukushiki Hitobito no Uta"      

4.    "Benjo Sandal Dance"     
5.    "Chu 2 the Beam"      
6.    ""F""    
7.    "Tsume Tsume Tsume"    
8.    "Rock Oreimairi (3 Chord de Omae Full-bokko)"  
9.    "Unbelievable! (Suwomintsu Hokereiro Mifueho)"  
10.  "A.L.I.E.N"      
11.  "My Girl"      
12.  "Mesubuta no Ketsu ni Binta (Kick mo)"      
13.  "Beauty Colosseum"      
14.  "Maximum the Hormone"      
15.  "Koi no Sperm"   

Bagi penggemar band System of a Down seperti saya mungkin akan lebih mudah menikmati Maximum the Hormone karena menurut pendapat saya ada sedikit kesamaan antara dua band ini, yaitu sama-sama membuat musik dengan konsep “tanpa konsep”, dalam arti tidak ada batasan elemen dalam musik mereka. Ada karakter Funk, Ska, Hardcore Punk hingga Pop Ballads yang bisa ditemukan di musik yang mereka ciptakan. Yang jelas album Yoshu Fukushu adalah salah satu album berbahaya yang siap menghajar telinga dan menendang pantat mulus kalian tahun ini!.       

20 Jun 2013

Review Spider-Men (2012)

Apakah anda berpikir jika ada kesalahan penulisan untuk judul di atas ? Tidak... tidak... judul tadi sudah benar karena ada lebih dari satu manusia labah-labah dalam komik ini.


Bagaimana jadinya jika ada dua Spider-Man di dunia yang sama ? Mungkin itulah yang ada di benak Brian Michael Bendis saat menulis cerita untuk komik mini seri ini. Didukung dengan ilustrasi hasil tangan Sarah Pichelli yang dikenal dengan gaya gambarnya yang khas dan penuh warna. Komik ini menjadi kisah crossover pertama antara dunia Marvel dan Ultimate Universe sejak tahun 2000. Bagi yang tidak mengikuti perkembangan dunia Spider-Man lewat komik, khususnya dunia alternatif dari Marvel yaitu Ultimate Universe, maka kemungkinan belum tahu jika diceritakan di situ bahwa Peter Parker a.k.a Spider-Man telah menghembuskan nafas terakhirnya di pelukan Bibi May (baca: Death of Spider-Man #14).

Setelah berselang dari event Spider-Man pasca kematian Peter Parker, muncullah Spider-Man baru. Tetapi kali ini sosok dibalik topeng jaring labah-labah tersebut bukan dari lingkaran keluarga atau kerabat Peter Parker melainkan adalah remaja keturunan afrika-latin bernama Miles Morales. Tokoh ini memang diciptakan oleh Bendis sendiri yang muncul pada tahun 2011, dan Pichelli menjadi artis yang bertanggung jawab untuk wujud dari karakter baru ini ( konon Obama menjadi salah satu sumber inpirasi dari lahirnya Miles Morales ). Untuk lebih jelas tentang sosok Spider-Man “baru” ini bisa anda ikuti di seri komik Ultimate Spider-Man dan Ultimate Comics: Spider-Man. Nah, jika sudah lebih jelas maka alur kisah dari mini seri Spider-Men bisa diikuti tanpa harus bingung dan penasaran dengan pertanyaan, siapa sih Miles Morales ini sebenarnya ? 


Dibuka dengan adegan Spider-Man versi Peter Parker sedang menjalankan pekerjaan hariannya sebagai superhero, ketika sedang asik bergelayutan tiba-tiba dirinya menemukan gudang mencurigakan berisi peralatan berteknologi tinggi yang biasanya hanya dia lihat saat berkunjung ke tempat kerja Tony Stark a.k.a Iron Man. Insting labah-labah Peter bereaksi ketika tiba-tiba ada gerakan menyerang di belakangnya, dan sosok itu ternyata sosok yang paling tidak ingin dia temui bila sedang bertugas sebagai Spider-Man, yaitu si ahli hipnotis, siapa lagi kalau bukan, Mysterio. Ternyata alat canggih tadi adalah milik Mysterio, alat tersebut adalah sebuah portal yang bisa menghubungkan dunia A ke dunia B, semacam lubang cacing menuju dunia pararel. Dan coba tebak ? Ya, Peter terisap ke dalam portal tersebut. 

Dan cerita dimulai dari sini, Peter tiba-tiba berada di dunia yang terlihat sama tetapi dengan situasi yang berbeda. Di dunia itu Spider-Man dianggap sebagai pahlawan, orang-orang memuja dan mengelu-elukannya. Tapi lebih herannya lagi mereka tahu bahwa Peter Parker adalah Spider-Man dan tidak berhenti sampai di situ karena mereka menganggap bahwa Peter Parker sudah meninggal. Peter akhirnya mencoba memecahkan misteri ini sampai akhirnya tanpa sengaja dia bertemu dengan Spider-Man lain yaitu Miles Morales. Bagaimana kelanjutannya ? saya tidak akan bahas di sini karena untuk beberapa orang spoiler itu adalah dosa besar ! 

Yang menarik dari komik ini adalah bagaimana Bendis mengajak kita untuk terharu saat melihat momen ketika Bibi May bertemu kembali dengan Peter setelah sebelumnya keponakannya ini meregang nyawa di pelukannya, dialog lucu saat untuk pertama kalinya Peter bertemu Miles di atas gedung atau adegan saat Spider-Man versi Peter memberi restu kepada Spider-Man versi Morales untuk meneruskan perjuangannya. Ada semacam that feel-good feeling yang didapat setelah membaca komik ini, apalagi di tengah gempuran komik-komik yang dipenuhi adegan ledakan dan sadis, komik Spider-Men ini bisa menjadi jeda untuk bacaan yang lebih santai. (walaupun sebenarnya saya sendiri kebanyakan membaca komik Spawn). 

Yang saya ingin bahas sebenarnya bagaimana komik mini seri ini menjadi komik yang “lengkap”. Memang bukan komik yang dipenuhi adegan aksi dan pertarungan berdarah ala Avenger vs X-Men atau Deadpool misalnya, bahkan bagi sebagian pembaca mungkin akan sedikit kecewa bila mengharapkan hal-hal tersebut. Tetapi saya yakin bagi penggemar Spider-Man seperti saya pasti akan senang membaca kisah komik ini. Nuansa yang berbeda ingin disajikan oleh Bendis. Dan sekali lagi artwork dari Pichelli kembali sukses memindahkan imajinasi Bendis ke meja gambar, tidak perlu diragukan lagi jika Sarah Pichelli adalah salah satu seniman komik wanita terbaik yang ada saat ini. Komik ini terdiri dari lima seri dan semua serinya memiliki cover dengan artwork yang tidak akan terlihat buruk sama sekali bila anda simpan di deretan rak koleksi buku di kamar anda. Yang jelas saya berharap suatu saat nanti Peter Parker dan Miles Morales akan kembali bertemu tetapi saat itu mereka akan bahu-membahu untuk melawan musuh-musuh mereka, bisa dibayangkan bukan jika ada dua Spider-Man dengan kemampuan yang sama beraksi, jadi Venom dan Carnage bisa bertarung dengan lebih sportif kali ini.

MENOLAK LUPA

"Munir : Badan Kecil, Nyali Besar"

Pirang, kecil, berani dan brilian. Ya mungkin itu kata-kata yang tepat untuk menggambarkan sosok yang satu ini. Pirang karena ciri khas rambutnya selalu berwarna kemerah-merahan. Kecil, karena tubuhnya yang memang tidak terlalu tinggi bahkan terlihat lemah tetapi berani dengan lantang berteriak meyuarakan keadilan di depan serdadu-serdadu bertubuh besar yang menenteng senjata, juga brilian dengan ide, pemikiran, dan cara-caranya dalam mengungkap kasus dan membantu para korban HAM di Indonesia. Sembilan tahun sudah bangsa ini ditinggal seorang pahlawan HAM yang dikenal karena kerap bersikap frontal terutama terhadap pihak-pihak berwenang yang bertindak sewenang-wenang.

Kita tahu Indonesia memiliki banyak sekali kasus-kasus yang mencoreng nama HAM di negeri ini, terutama yang terjadi di era pemerintahan H.M Soeharto. Dan kebanyakan kasus tersebut terjadi dengan adanya keterlibatan pihak militer yang sayangnya para korbannya adalah para rakyat biasa yang hanya menginginkan adanya kebenaran bagi negaranya sendiri. Dan Munir adalah salah satu dari segelintir orang yang berani bertahan melawan walaupun nyawalah yang menjadi ancamannya. Rezim orde baru dikenal dengan rezim yang banyak mewarisi produk-produk kekerasan yang mungkin sampai hari ini masih kuat memberikan pengaruhnya sehingga masih banyak kita temui pelanggaran-pelanggaran terhadap kaum lemah oleh kelompok yang berkuasa. Dan untuk menghadapi semua itu modalnya adalah keberanian, seperti berikut ini adalah kutipan dari Alm. Munir tentang apa arti rasa takut bagi dirinya, “Aku harus bersikap tenang walaupun takut … untuk membuat semua orang tidak takut.. Normal, sebagai orang, ya pasti ada takut, nggak ada orang yang nggak takut, cuma yang coba aku temukan adalah merasionalisasikan rasa takut ” . Dari situ kita bisa tahu bahwa Munir pun sebenarnya memiliki rasa takut tetapi dia berhasil untuk mengalahkan rasa takut tersebut.

Munir adalah sosok yang bersahaja, walaupun dia sering diundang ke berbagai negara dan sering menginap di hotel berbintang dengan biaya dari lembaga-lembaga yang mengundangnya, Munir tetap bersikap biasa saja tidak pernah bercerita tentang kebanggaannya tentang pengalaman-pengalamannya itu. Bahkan Munir setia bepergian dengan motor bebek tua kemanapun ia pergi.

Ada cerita lucu yang pernah dialami Munir di hotel tempatnya menginap, suatu saat Munir datang ke sebuah hotel di bilangan Sudirman, Jakarta, dan lewat di depan hotel tersebut tiba-tiba saja seorang satpam datang sambil menegur secara kasar. Helm yang dipakai disuruh dicopot dan jaketnya dipegang oleh sang satpam, satpam itu dengan nada membentak berkata bahwa motor tidak boleh lewat di depan lobby hotel. Sebagai tamu yang sedang menginap di hotel tersebut, tentu saja Munir marah. Ia langsung turun dan memukul satpam tersebut seraya menanyakan di mana komandan satpamnya. Setelah dijelaskan, barulah satpam tersebut meminta maaf. Pernah juga Munir diundang untuk mengisi suatu acara di sebuah hotel sekaligus menginap di hotel tersebut, tetapi Munir tiba-tiba meminta maaf untuk tidak bisa mengikuti acara karena, “Gimana aku mau nginap di hotel itu, kalau dulu aku membela para karyawannya yang di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) ?” Hati kecilnya merasa tak nyaman jika ia menikmati kemewahan hotel tersebut sementara dulu ia berhadapan dengan manajemen hotel akibat banyaknya karyawan yang di-PHK. Terlihat dari bagaimana konsistensi dan komitmen seorang Munir terhadap apa yang diyakini dan dikerjakannya.

Munir adalah sosok yang tidak mudah dilupakan, dia tampil memerangi ketidakadilan, memperjuangkan nasib mereka yang tertindas, dari nasib seorang buruh perempuan bernama Marsinah sampai nasib para aktivis yang hilang saat Soeharto terdesak untuk mundur pada tahun 1998, dia gigih membela warga dan masyarakat yang menjadi korban bom demi bom dan pelanggaran HAM. Kritis tentang perang di daerah konflik, seperti Timor Timur, Aceh dan Papua, dengan menyelidiki dan menggugat ulah oknum yang berkuasa. Seperti yang digambarkan oleh Sidney Jones dari International Crisis Group, Munir memiliki segala hal yang harus dimiliki oleh seorang pejuang HAM. Dia berprinsip teguh, tegar, cerdas, lucu dan tak kenal takut. Dia menantang orang-orang yang tengah berkuasa, membuat mereka marah, mendapat ancaman demi ancaman dan tak pernah menyerah.

Pada 7 September 2004, di sebuah pesawat Garuda menuju Amsterdam kejadian tragis terjadi. Seorang pejuang Indonesia di era modern gugur di udara, pada usia 38 tahun Munir diracun dengan racun bernama arsenik. Dicurigai racun ini “diberikan” pada Munir pada saat perjalanan dari Jakarta ke Singapura. Ia meninggalkan seorang istri bernama Suciwati yang sampai saat ini tetap teguh untuk terus berusaha mengungkap kasus pembunuhan yang merenggut suaminya ini. Dua orang anak yang masih membutuhkan sosok seorang ayah seperti Munir. Dan tentu saja ia meninggalkan negeri ini yang masih banyak memiliki utang-utang kebenaran dan keadilan terhadap mereka yang telah menjadi korban kekerasan atau pelanggaran HAM juga terhadap keluarga dari korban HAM itu sendiri.

Banyak hal menarik dari pernyataan-pernyataan yang pernah diutarakan Munir, contohnya tentang cinta, ia mengatakan tanpa cinta, manusia hanya sekadar hidup, bukan bertumbuh. Tanpa cinta, manusia hanya sekadar bergerak, bukan berkembang. Coba kita simak langsung pandangan dia selanjutnya tentang cinta, perkawinan, dan jodoh. “Kawin itu bukan cita-cita, melainkan sesuatu yang datang sendiri dan nggak bisa dihindari. Kawin datang ketika cinta dan kontraktual untuk bersama ditemukan. Cinta dan perkawinan itu bukan soal fisik, melainkan kebenaran dalam kejujuran menemukan kesesuaian. Ok, jangan berdoa untuk dapat jodoh, tapi berdoalah untuk kebenaran. Karena di situ, cinta akan ditemukan”

Munir memang telah tiada, tetapi sesuai dengan namanya ia selalu menerangi para pejuang-pejuang muda penerusnya. Semoga kisah ironis seperti yang dialami menjadi yang terakhir kalinya terjadi di negeri kita ini, karena menurut sebuah pepatah “Negeri yang membiarkan pejuangnya teraniaya di negerinya sendiri adalah negeri yang sakit” 

* Terinspirasi dari buku "Sebuah Kitab Melawan Lupa"
Recommend on Google